Case Study
Strategi Digitalisasi Aset Logistik Sebagai Faktor Penentu Kesuksesan Transformasi Digital Perusahaan

Summary
Tujuan utama dari transformasi digital adalah meningkatkan efisiensi, memperkuat daya saing, dan mewujudkan inovasi. Proses ini melibatkan perubahan pada infrastruktur teknologi, model bisnis, dan budaya kerja, serta pemanfaatan data untuk mendukung pengambilan keputusan. Strategi ini dipraktekkan melalui adopsi teknologi canggih, budaya organisasi yang siap berubah, peningkatan keterampilan digital dan penggunaan analisis data yang berbasis teknologi.
Sayangnya, banyak perusahaan yang terlalu berfokus pada aspek teknologi dan mengabaikan aspek penting lainnya: peningkatan kemampuan digital dari SDM. Data menunjukkan bahwa 39% kegagalan dalam pelaksanaan transformasi digital disebabkan oleh skill gap dari SDM, sementara hanya 4% yang disebabkan oleh pemilihan teknologi yang tidak tepat. Hal ini pun menjadi tantangan utama bagi perusahaan dalam mensukseskan transformasi digital.
Bata, sebuah perusahaan multinasional yang berfokus pada produksi dan penjualan sepatu, telah menyadari hal ini dan menjadikan kompetensi digital SDM-nya sebagai fokus utama dalam merespons peningkatan permintaan pasar online yang melonjak pasca-pandemi, khususnya dari segi aspek pengelolaan supply chain. Sebelumnya, Bata telah mengoperasikan gudang miliknya sendiri, namun belum sepenuhnya dilengkapi dengan teknologi canggih dan tenaga kerja yang memiliki kualifikasi memadai untuk menjalankan operasionalnya.
Oleh karena itu, Bata berkolaborasi dengan Shipper untuk mengelola operasional gudangnya, sehingga mampu mengadaptasi perubahan perilaku belanja online yang terus berkembang. Sinergi antara Bata dan Shipper telah menghasilkan pertumbuhan bisnis yang signifikan pada tahun 2022, mencapai peningkatan sebesar 60% YoY.
Overview
Business Overview
Telah berdiri sejak 1894, Bata merupakan salah satu perusahaan sepatu terbesar dunia yang menjual lebih dari 1 juta pasang sepatu setiap harinya melalui lebih dari 5.000 toko retail yang tersebar di 90 negara di dunia. Di Indonesia sendiri, Bata melayani pelanggannya lewat 400 lebih toko retail dan channel penjualan online seperti website & marketplace.
Sebagai perusahaan retail yang telah memiliki positioning kuat serta jaringan distribusi toko yang tersebar di seluruh Indonesia, Bata memiliki gudang sendiri yang berlokasi hampir di setiap sudut Indonesia untuk dapat memenuhi kebutuhan dan permintaan setiap toko retail. Sebelumnya, seluruh proses pergudangan dikelola oleh SDM dan menggunakan sistem yang mereka Bata sendiri.
Bata sebagai perusahaan fashion retail mendapatkan dampak yang besar selama pandemi dari segi penurunan penjualan melalui toko retailnya. Kondisi ekonomi nasional yang menurun serta pembatasan untuk keluar rumah menjadi penyebab utama hal tersebut. Hal ini mendorong Bata untuk memaksimalkan transformasi digitalnya khususnya dalam melakukan optimasi serta perencanaan strategi yang tepat terhadap channel penjualan produknya.
Market Overview
Pasar produk fashion di Indonesia mengalami transformasi yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir terutama sejak pandemi yang mendorong pergeseran perilaku konsumen dari belanja offline ke online. Berdasarkan laporan, di tahun 2021 sebanyak 17,5% masyarakat telah berpindah dari berbelanja offline menjadi belanja online dan tumbuh sebesar 19% di tahun berikutnya.

Transformasi ini telah berkontribusi terhadap pertumbuhan nilai transaksi e-commerce di Indonesia yang mencapai sekitar 476,3 triliun atau sebesar 18% YoY di tahun 2022. Fenomena ini menggarisbawahi pentingnya adaptasi bisnis melalui transformasi digital terhadap tren belanja online untuk memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen yang berubah.
476,3 triliun
Nilai transaksi
18%
Pertumbuhan Nilai Transaksi
Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif memberikan pandangan optimis kepada tumbuhnya tingkat konsumsi masyarakat terhadap barang tersier. Pada kuartal II tahun 2022 sendiri, Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi yang sangat baik yang mencapai 5.44% dan berkontribusi terhadap besarnya preferensi masyarakat untuk berbelanja fashion secara online yang mencapai 58% dibandingkan dengan channel offline yang hanya 29%.
Preferensi channel berbelanja barang fashion
58%
Channel online
29%
Channel offline
Business Challenge
Dalam konteks industri fashion retail, terutama produksi sepatu, Bata sebagai perusahaan multinasional dihadapkan pada tantangan untuk memaksimalkan pemanfaatan channel online dalam rangka menjangkau dan melayani konsumennya selama pandemi. Meskipun memiliki lebih dari 400 toko ritel yang tersebar di seluruh Indonesia, pandemi telah memicu perubahan dalam perilaku konsumen dan memaksa Bata untuk beradaptasi dan melakukan transformasi digital dengan mengoptimalkan channel penjualan digital tanpa mengurangi cakupan layanan bisnis di tingkat geografis.
Perubahan signifikan ini juga menuntut perubahan pada manajemen operasional dan supply chain, mewajibkan Bata untuk melakukan modifikasi pada prosedur pengelolaan operasional untuk channel penjualan online. Melalui pembaruan ini, mereka memotong rantai pasok yang sebelumnya ditujukan ke toko retail, sekarang mengarahkan seluruh pesanan yang bersifat satuan langsung ke operasional warehousenya. Mereka dituntut untuk memastikan pengiriman produk yang tepat sesuai pilihan pelanggan, dengan melibatkan berbagai jenis, ukuran dan warna yang mencakup ribuan SKU. Namun, Bata yang telah mengoperasikan berbagai aset gudang secara mandiri, saat itu belum memiliki teknologi yang memadai. Misi utama Bata adalah menemukan teknologi yang tepat untuk diterapkan pada operasional gudang mereka.
Mayoritas perusahaan merumuskan strategi transformasi digital yang kurang tepat untuk merespon perubahan signifikan dalam perilaku konsumen dari berbelanja offline ke online. Mereka cenderung memahami transformasi digital hanya sebatas implementasi teknologi dalam operasional bisnis semata, yang mendorong kompetisi dalam mencari teknologi paling efektif dan efisien.
Transformasi digital yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan ini terjadi tanpa perencanaan yang matang, sebagai reaksi instan terhadap perubahan perilaku konsumen yang terjadi secara tiba-tiba selama pandemi. Akibatnya, 54% perusahaan yang melakukan transformasi digital gagal karena kurangnya perencanaan yang matang.
Selain itu, 39% kegagalan lainnya disebabkan oleh kekurangan keterampilan digital dari SDM dalam mengoperasikan teknologi canggih yang diadopsi. Sebagai perusahaan besar, Bata menyadari kompleksitas masalah ini dan memilih pendekatan alternatif. Mereka mencari mitra yang dapat mengelola operasional gudang mereka, termasuk SDM dan teknologi, daripada berupaya mengadopsi sistem canggih untuk gudang mereka dan mengelolanya sendiri.
Preferensi channel berbelanja barang fashion
54%
Minim Persiapan Internal
39%
Kekurangan Keterampilan Digital SDM
4%
Kesalahan Memilih Teknologi
Shipper Solution
Dalam menjalankan transformasi digital pada aspek supply chain dan logistik, Bata berkolaborasi dengan Shipper, sebuah perusahaan yang menyediakan solusi Smart Warehouse berteknologi tinggi. Shipper menawarkan berbagai layanan yang disesuaikan dengan karakteristik industri Bata, meliputi pengambilalihan operasional gudang Bata yang berada di berbagai kota di Indonesia. Hal ini mencakup integrasi teknologi dan sumber daya manusia sebagai operator.
Sebagai sebuah perusahaan fashion yang memiliki ribuan SKU yang ditawarkan kepada konsumennya, Bata memerlukan dukungan yang dapat menjamin pemenuhan pesanan kepada konsumen sesuai spesifikasi mereka, termasuk jenis, ukuran dan warna. Menggunakan Warehouse Management System canggih milik Shipper, setiap stok inventaris Bata disimpan dengan rapi dan diklasifikasikan sesuai jenis produk, memastikan pemenuhan pesanan berjalan sesuai dengan sistem yang terintegrasi dengan platform penjualan Bata. Semua ini dilakukan secara otomatis, di mana sumber daya manusia bertugas melakukan pengawasan proses melalui dasbor yang disediakan oleh Shipper.

Industri fashion menuntut kecepatan, dengan pembaruan season yang dapat berlangsung dalam hitungan minggu. Hal ini berdampak terhadap supply chain dan logistik yang membutuhkan SLA yang cepat mulai dari pemenuhan stok hingga pemenuhan pesanan dari channel digital. Visibilitas keseluruhan proses logistik pun menjadi aspek penting bagi Bata dalam memantau stok dan pesanan mereka. Otomatisasi proses logistik oleh sistem dan integrasi dengan dasbor memberikan Bata kemudahan dalam mengawasi dan menjaga agar proses supply chain dan logistik berjalan sesuai dengan standar mereka.

Untuk melengkapi kebutuhan pengambilalihan operasional gudang dalam merespon tantangan transformasi digital, Shipper juga menawarkan layanan logistik menyeluruh, termasuk pengiriman last mile atau pengiriman dari gudang ke konsumen. Shipper bekerjasama dengan lebih dari 20 penyedia jasa ekspedisi terkemuka di Indonesia dan memberikan beragam pilihan jasa pengiriman yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik produk yang dikirim. Integrasi layanan pengiriman last mile dengan layanan Smart Warehouse Shipper memungkinkan seluruh proses pemenuhan pesanan dilakukan secara otomatis, mulai dari penerimaan & pemenuhan pesanan, pengiriman sampai pembaruan status penerimaan produk oleh konsumen.
