4 Faktor Pembentuk Break Even Point yang Harus Dipahami
Dalam dunia akuntansi, mempelajari break even point (BEP) bakal membantu kamu buat menentukan langkah-langkah strategis di perusahaan. Break even point adalah titik impas saat laba yang dihasilkan punya nilai yang sama dengan nilai yang diperlukan proses produksi. Ketika menyentuh posisi tersebut, laba juga bakal bernilai not mutlak, sehingga sering disebut juga dengan balik modal.
Mengapa analisis BEP penting dalam bisnis?
Kamu yang masih tergolong sebagai pebisnis pemula mungkin bakal kebingungan saat kali pertama menganalisis BEP. Namun, tekun mempelajarinya akan memberikan manfaat break even point pada bisnismu, bahkan dalam jangka waktu panjang. Berbagai teknik pun tersedia buat memudahkan pebisnis menentukan BEP dengan tingkat akurasi tinggi.
Break even point adalah momen yang harus kamu pantau secara berkala supaya kondisi perusahaan stabil. Dengan menganalisisnya, BEP dapat berfungsi sebagai pedoman pengusaha dalam memberikan nilai investasi yang tepat untuk membantu mereka mengimbangi biaya produksi sejak awal.
Baca juga: Ikuti 4 Langkah Forecasting Ini untuk Membantumu Menyediakan Stok Barang
Kemudian, hasil analisis break even point bisa membantumu mengidentifikasikan perencanaan anggaran, nilai jual beli saham, sampai proyeksi keuangan sebuah perusahaan. BEP pun menjadi patokan untuk menentukan margin. Dengan begitu, perusahaan atau bisnis yang dikelola akan lebih sering menerima keuntungan alih-alih kerugian.
Apa saja faktor-faktor yang membentuk BEP?
Mengingat break even point adalah titik krusial dalam bisnis yang harus dihitung secara saksama, mengenali faktor-faktor pembentuknya bakal memandumu dalam menemukannya. Apa saja faktor-faktor tersebut?
1. Biaya Tetap
Disebut juga sebagai fixed cost, biaya tetap mempunyai nilai konstan meski kamu nanti menghadapi berbagai perubahan di tahap produksi. Faktor pembentuk BEP ini dapat berupa biaya tenaga kerja, biaya sewa gedung atau gudang, maupun biaya penyusuran mesin. Adapun perubahan yang dimaksud adalah beroperasi atau tidaknya sebuah perusahaan dalam memproduksi barang dalam jangka waktu tertentu.
2. Biaya Variabel
Jika biaya tetap bersifat konstan, maka biaya variabel memiliki nilai yang cenderung berubah mengikuti niatnya. Perubahan dapat diakibatkan peningkatan atau peningkatan volume kapasitas produksi, apalagi break even point adalah posisi yang dipengaruhi kuat oleh pasar. Beberapa contoh biaya yang masuk ke dalam biaya variabel mencakup biaya bahan baku, biaya listrik, biaya transportasi, dan lain sebagainya.
3. Harga Jual
Benefit break even point pun bakal kamu rasakan dengan mempelajari harga jual (price) sebagai salah satu faktor pembentuknya. Harga jual didapatkan dari semua biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan produksi barang yang ditambah nilai keuntungan (margin) yang ingin dicapai. Kamu bisa menghitung harga jual berdasarkan unit barang yang sudah selesai diproduksi.
4. Pendapatan
Faktor terakhir yang akan membentuk BEP adalah pendapatan (revenue). Bagaimanapun, break even point adalah posisi titik penting yang bakal memperlihatkan laba yang dihasilkan perusahaan atau bisnis. Pendapatan dihitung dari harga jual yang dikalikan jumlah produk yang terjual. Nilainya pun diperlukan sebagai proyeksi penghasilan berikutnya dengan nilai dan/atau jumlah unit dan harga berbeda.
Sudah mendapatkan bayangan seputar cara kerja BEP? Kamu yang sudah jago menentukan titik impas tersebut akan lebih teliti dan lancar menghitung biaya operasional, dari produksi barang sampai layanan kirimnya. Untuk yang terakhir, ada Shipper yang menawarkan tarif terjangkau dengan fasilitas memadai.
Bersama mereka, kamu dapat menjaga laba bisnis tetap stabil atau ditingkatkan secara signifikan. Cek saja https://shipper.id kalau kamu pengin tahu sebaik apa reputasi Shipper!
Baca juga: 4 Cara Optimalkan Logistik Indonesia yang Perlu Diketahui
Ingin konsultasi lebih lanjut? Isi data Anda di sini:
Latest Article
Cek Ongkos Kirim Semua Ekspedisi dalam Satu Platform, Hanya 1 Menit!
Strategi Menggunakan Collaborative Warehouse Untuk Mengefektifkan Budget Operasional Anda
4 Hal yang Perlu diingat agar Warehouse Anda Memenuhi Standarisasi HME
Bagaimana Cara Menjaga Kualitas Produk dengan Menggunakan WH Management System?
Perbedaan WMS dan SCM (Supply Chain Management)